“It’s not where you start or even what happens to you along the way that’s important. What is important is that you persevere and never give up on yourself.”
“You don’t have to be great to start, but you have to start to be great.”
Zig Zilar
Sepanjang ingatanku mulai sejak aku masih kecil, yang selalu ku ingat adalah pertanyaan dari siapa saja yang bertemu denganku adalah “kalau udah besar mau jadi apa?” “Jadi Dokter!!” jawabku semangat, tapi kemudian setelah aga besar dan aku sering di ajak pulang kampung dan melihat suasana desa yang asri dan lingkungan yang sejuk, saat pertanyaan tersebut kembali di tujukan kepadaku, maka spontan jawabku “Jadi Insinyur Pertanian” ….
Sejak itu aku selalu bermimpi suatu saat menjadi seorang tenaga ahli pertanian atau insinyur pertanian, pulang ke desa, dan mengembangkan teknologi pertanian di desaku, “ah … luar biasa” begitu pikirku saat itu.
Sejalan dengan waktu, semua kegiatan dan pendidikanku mengarah pada mimpiku saat itu yang begitu kuat melekat di pikiran dan bathin itu.
Ake sering di ajak main ke sawah oleh paman2ku, pakah sekedar jalan2 di pematang sawah, mancing belut ata maang “bubu”, kadang malam hari nyuluh di sungai kecil di pinggir persawahan, dll. semakin menguatkan mimpiku.
Sejalan dengan waktu, karena tugas ayahku, kami pindah ke obu kota Jakarta, dan mulailah sebuah lingkungan baru mempengaruhi paradigma dan pemikiranku, meski mimpi itu masih ada, namun mulai goyah menjadi apakah dokter atau insinyur pertanian. untuk itu saat penjurusan di kelas 2 SMA aku ambil jurusan Biologi.
mimpi seakan hendak menjadi nyata saat di pertengahan kelas 3 SMA mendapat pemberitahuan bahwa saya menjadi salah seorang yang masuk dalam daftar yang lolos PMDK dari Institut Pertanian Bogor.
di saat yang sama, saya sedang dalam proses hendak mengikuti ujian untuk mendapatkan beasiswa ke Rotterdam – Belanda dan sudah mengambil keputusan untuk mengambil formulir ujian UMPTN (waktu itu) untuk program IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran [ IPA+IPS ]), setelah konsultasi ke BP dan melihat hasil psikotest yang di selenggarakan sekolah saat itu.
Waktu tiba untuk mengambil keputusan, adalah saat menunggu pengumuman UMPTN, saat itu sudah masuk ke fase terakhir ujian beasiswa ke rotterdam, dan waktu mendesak untuk memutuskan ambil IPB atau tidak.
Setelah berkonsultsai, merenung dan mencermati berbagai faktor yang ada, keputusan besar, harus di ambil oleh sorang remaja berusia 18 tahun, yang nantinya berdampak pada ke arah mana kehidupannya berjalan.
Dengan berat hati IPB saat itu saya tolak, Ujian akhir Rotterdam saya tidak hadiri sehingga otomatis fail, dan saya membulatkan tekat untuk berjuang sekuat tenaga untuk masuk kuliah di FEUI.
Apakah mimpi saya berubah? sepintas adalah iya, mimpi saya kelihatannya berubah, tapi setelah di renungkan sebenarnya mimpi saya tidak pernah berubah, karena mimpi saya sejak kecil yang melandasi keinginan menjadi dokter atau insinyur pertanian adalah hidup sejahtera
Di usia yang masih 18 tahun itulah saya menyadari esensi mimpi saya sebenarnya apa dan dengan pola pikir saat itu, menjadi sarjana ekonomi adalah jalan terbaik untuk mewujudkan mimpi dan di mana tempat terbaik untuk menjadi sarjana ekonomi, saat itu FEUI adalah yang terbaik, jadi FEUI adalah target saya.
Semua berawal dari mimpi, tapi kadang kita tidak bisa membedakan mana mimpi mana halusinasi
……. bersambung ….